Lebaran pergi kemana?
Bandung lagi dong. Hihi.
Jika pada liburan yang lalu di Bandung kami menginap di 2 hotel yang berbeda, kali ini kami memutuskan untuk bermalam selama 2 malam di hotel yang sama. Alasannya sederhana, untuk menghemat waktu dan tenaga. Di momen spesial ini kami lebih ingin mengakrabkan diri dengan keluarga besar kami, jadi tak ingin ada waktu yang terbuang karena harus pindah hotel. Pilihan hotel kami kali ini jatuh pada Hotel Ibis Style Braga. Karena kami ingin merasakan keramaian pusat kota Bandung paska peringatan Konferensi Asia Afrika yang lalu dan letaknya yang ditengah kota memudahkan kami pergi ke tujuan yang kami rencanakan yang kebetulan semuanya terletak di kota.
Perjalanan menuju Bandung di hari kedua Idul fitri lumayan macet terutama di Tol Cikampek dan pintu keluar tol Pasteur, wajarlah ya namanya juga lebaran. Tapi ajaibnya di Bandung terbilang lancar loh jalanan kotanya. Atau mungkin kebetulan kami dapat jalan yang lancar ya? Hihi. Sampai di Bandung kami langsung menuju hotel untuk check in.
Kesan pertama saya akan hotel ini adalah perpaduan old & new yang cerdas. Saya suka dengan bangunan heritage sekaligus takut untuk berlama-lama berada didalamnya. Jadi yang saya maksud cerdas disini adalah lebih kearah suasana yang saya dapatkan ya. Bangunan bagian depan hotel jelas merupakan bangunan asli yang direnovasi, terlihat dari bentuk bangunan dan interior lobbynya. Bangunan bagian belakang merupakan bangunan baru tapi tentu desainnya tetap selaras dengan bangunan bagian dengan sehingga terkesan menyatu. Interior ruangan secara umum didominasi dengan warna putih dan diberikan aksen warna-warni cerah serta furniture modern yang simple. Interiornya sukses membuat nuansa heritagenya sangat terasa namun tidak memberikan kesan seram seperti yang saya rasakan di bangunan sejenis lainnya.
Kami dapat kamar di lantai sepuluh menghadap ke Jalan Asia Afrika dengan Hotel Savoy Homann sebagai pemandangan kami. Saya sangat suka dengan kamar hotel ini, simple tapi nyaman dan fasilitasnya cukup, ada air mineral cuma-cuma dan toiletries yang tersedia juga lengkap, apalagi ada hairdryer yang merupakan fasilitas penting ketika bepergian bagi wanita berjilbab seperti saya. Lantainya menggunakan parket kayu sehingga tidak terlalu dingin untuk berjalan tanpa menggunakan sandal dan tidak khawatir jika Kaila bermain di lantai, lalu terdapat lemari build-in dengan finishing kayu yang berlekuk cantik dan kamar mandi transparant yang memberi kesan spacious sekaligus modern serta bedsheet putih khas hotel yang nyaman. Kami merasa cukup nyaman di kamar ini.
Malam harinya kami jalan-jalan ke Jalan Braga dan di sekitar museum KAA. Sangat disayangkan masih banyak sampah bertebaran dan bau pesing yang tercium di area cantik ini membuat kami kurang nyaman berlama-lama dan segera kembali ke hotel.
Keesokan harinya kami bangun pagi dan menuju lantai 2 untuk sarapan. Sarapannya enak, standar hotel sih. Yang membuat saya senang disini adalah Kaila makannya banyak. Roti panggang, telur orak arik, sosis dan buah-buahan banyak yang masuk ke perutnya sehingga saya tidak terlalu khawatir Kaila kelaparan. Karena kali ini saya tidak bekal apa-apa untuk makanan berat Kaila, jadi agak deg-deg an mengenai makanan yang akan Kaila makan.
Selesai makan kami beranjak untuk jalan-jalan ke alun-alun Bandung yang terletak tak jauh dari hotel. Setelah itu kami pergi ke kampus almamater kami di Ganesha menggunakan taksi. Di sana Abah dan Nin serta om dan tante Kaila sudah menunggu untuk jalan bersama. Di Ganesha Kaila sempat naik kuda bersama ayah. Tarifnya terbilang mahal, untuk 1 putaran ganesha - gelap nyawang harganya 50 ribu, mungkin karena lagi lebaran juga sih. Tapi karena ini merupakan pengalaman pertama Kaila bertemu dan naik kuda jadi ya senang-senang saja kami melihat Kaila senang melihat kuda.
Kenyang sehabis sarapan dan siap untuk jalan-jalan! |
Pose 1 jari telunjuk ala Kaila |
Digendong abah tersayang |
Selesai naik kuda kami naik angkot ke simpang dago dan sarapan (lagi) di McD. Setelah itu saya, Kaila dan suami kembali ke hotel naik angkot, bersiap-siap untuk foto keluarga di Papyrus. Sisa hari itu kami habiskan dengan bersantai-santai di Hotel, sempat berkunjung ke kolam renang hotel yang terletak di rooftop dan Kaila main air sebentar saja karena airnya terlalu dingin.
Keesokan harinya kami bersiap-siap check out dari hotel dan melanjutkan perjalanan ke Villa di Cipanas dimana keluarga besar kami sudah lebih dulu menginap disana. Namun di tengah perjalanan sehabis mengisi bensin tiba-tiba mobilnya tidak bisa dinyalakan. Panik, karena kami berada di daerah Citatah, di antara Bandung dan Cianjur, dan tidak ada bengkel disekitar pom bensin tersebut. Tapi alhamdulillah setelah 1 jam berusaha telepon sana sini mencari tahu apa yang bisa dilakukan tiba-tiba mobilnya nyala ketika dicoba distarter. Tak ingin membuang waktu, kami melanjutkan perjalanan. Namun sayang ketika sampai di Cianjur, jalur ke arah Puncak di tutup karena Puncak macet total. Padahal tinggal beberapa kilo lagi kami bisa sampai di Cipanas. Apa daya kamipun berputar-putar di Cianjur sambil menimbang apa yang sebaiknya dilakukan. Setelah berembug, kami memutuskan untuk mencari hotel dan bermalam lalu melanjutkan perjalanan keesokan paginya. Alhamdulillah kami menemukan sebuah guest house yang nyaman dan strategis karena letaknya diseberang restoran sehingga tidak perlu repot mencari makan malam.
Setelah bermalam di Cianjur kami langsung melanjutkan perjalanan pulang di pagi keesokan harinya. Beruntung mobil bisa nyala sehingga tidak perlu ke bengkel dulu. Sampai jakarta sekitar pukul 10 dengan selamat. Alhamdulillah, pengalaman mudik lebaran kali ini cukup seru. Haha.
Dibawah ini saya mengambil beberapa foto hotel Ibis Style Braga dari website resminya karena kemarin kami tidak menyempatkan waktu untuk foto-foto.
Photo Courtesy : Accor Hotels
0 comments :
Post a Comment