Kota Tua : Stasiun Kota, Cafe Batavia, Museum Bank Indonesia


Jalan-jalan di hari minggu ke Kota Tua Jakarta naik KRL


Ide jalan ke kota tua naik KRL bersama Kaila sebenarnya sudah lama ada di benak kami. Baru tereksekusi kemarin dengan alasan ingin gelar sesi foto Kaila in Tutu Pettiskirt. Sudah susah-susah bikin ala DIY sayang juga kalau hanya dipakai sekali saja. Alasan foto bertempat di kota tua tentu agar suasana fotonya selaras dengan rok tutu yang vintage, sedangkan pilihan naik KRL untuk memberikan Kaila pengalaman baru dalam bepergian karena selama ini Kaila selalu bepergian dengan mobil.

Tak ingin terlalu repot, kami mengajak adik kami untuk ikut serta mengingat bawaan yang cukup banyak. Selain tas kamera, tas jinjing saya dan diaper bag Kaila, kami juga bawa stroller dan 1 tas berisi rok tutu yang akhirnya ketinggalan karena lupa saking banyaknya yang harus disiapkan, padahal tema utamanya ya rok tutu itu kan, haha. Untung sekarang sedang berada di jaman segala online sehingga Gojek pun menjadi penyelamat kami, fiuh.

Jam 6 pagi berangkat ke Stasiun Manggarai dengan mobil (tetap ya ga mau repot, haha) yang ternyata tempat parkiran mobilnya sedang direnovasi, sehingga ayah harus memutar otak mencari tempat parkir yang aman untuk menitipkan mobil tak jauh dari stasiun. Cukup merepotkan dan membuat jadwal menjadi molor, padahal harapannya naik kereta pagi agar belum terlalu penuh untuk berfoto didalamnya. Akhirnya kami naik kereta sekitar pukul setengah 8, alhamdulillah ternyata masih belum terlalu ramai sehingga bisa foto-foto sesuai harapan.




















Rencananya ingin juga berfoto di Stasiun Kota yang ternyata penuh sekali dengan lautan manusia sesampainya kami disana. Batalkan rencana dan lanjut berjalan ke kota tua, ke lapangan museum fatahilah. Kaila tertidur sejak turun dari kereta sehingga memudahkan kami untuk melanjutkan perjalanan dengan menaruh Kaila di strollernya. Tidak mudah juga sih, karena ternyata jalur pedestriannya tidak se-stroller friendly seperti yang saya kira.

Pertama, kami keluar dari stasiun melalui tangga karena tidak menemukan ramp sehingga kami membuat kami mengangkat stroller  dengan Kaila yang tidur di dalamnya. Dan hal ini kami ulang-ulang karena terdapat besi penghalang di jalur pedestrian menuju lapangan fatahillah, belum lagi memasuki lapangan fatahillah yang ternyata juga "dipagari" dengan deretan besi serupa. Keputusan yang tepat mengajak adik karena tidak bisa saya bayangkan bila saya hanya bepergian bertiga saja dengan suami dan Kaila. Saya juga kesulitan mendorong stroller dengan mulus mengingat lantai jalur pedestrian yang tidak rata dan turun naik ketika ada jalan masuk ke bangunan.



Matahari sudah bersinar terik ketika kami sampai di lapangan fatahillah, walau masih matahari pagi tapi kami merasa sangat gerah dan kurang nyaman sehingga kami hanya berjalan-jalan sebentar lalu memutuskan untuk istirahat di Cafe Batavia sambil menunggu abang Gojek sampai dan mengantar rok tutu yang tertinggal. Bimbang pada awalnya mau masuk ke Cafe ini karena tahu harganya yang tidak bersahabat, tapi karena penasaran dengan bangunan dan interiornya yang sering dijadikan tempat foto pre wedding kamipun memutuskan untuk masuk dan istirahat disana.

Yang ternyata memang, bukan tidak bersahabat tapi sangat tidak bersahabat, haha. Harga makanan dan minumannya mahal sekali. Kontras dengan rencana kami yang ingin jalan-jalan murah. Tapi karena penasaran ya sudah saja, kami makan disitu sambil berkeliling dan foto-foto. Biar tidak mubazir, ketika rok tutu sudah di tangan kami, langsung saja Kaila yang saat itu sudah bangun kami pakaikan rok tutu dan mengajaknya berkeliling untuk berfoto. Lumayan lah jadi ga nyesek-nyesek banget makan disitu, hihi




Memang ada harga ada rupa, Egg benedict yang saya pesan saya beri nilai sempurna,  hollandaise sauce-nya sempurna sekali, kuning mulus berkilau, tidak pecah seperti egg benedict  yang pernah saya ceritangan di postingan sebelum ini.









Setelah puas memanjakan diri di cafe tersebut kami berangkat ke tujuan selanjutnya yaitu museum. Museum yang kami pilih untuk kami kunjungi adalah Museum Bank Indonesia. Harga tiket masuknya murah hanya Rp.5.000 saja dan museumnya sangat bagus. Bangunan heritagenya memang sudah mengalami pemugaran sehingga bangunannya rapih, bersih dan bagus. Suami saya cerita, arsitek pemugaran bangunan ini, Han Awal, mengambil elemen bangunan eksisting satu-satu, menomorinya, lalu dibersihkan dan dipoles untuk diletakkan kembali ke tempat semula dimana elemen itu diambil. Wow, pekerjaan detail yang memerlukan ketelatenan dan ketelitian tinggi ya. Tak heran, hasil pemugaran museum ini terlihat nyata dan terasa kesan heritage-nya.

Masuk ke museum ini dilarang membawa tas sama sekali, semua tas dititipkan di tempat penitipan barang, bahkan botol air minum kaila juga dilarang kecuali botol berisi susu bayi. Ruangan pertama yang dimasuki setelah melewati pemeriksaan karcis adalah sebuah lobby dengan beberapa bilik teler bank dengan pintu jeruji dan dinding pemisah. terdapat juga meja informasi berbentuk bundar di tengah-tengah ruangan dan beberapa media digital seperti layar TV interaktif yang berisi informasi tentang museum. 

Selanjutnya kami memasuki bagian lorong yang berisikan informasi mengenai sejarah uang, perjuangan dan sejarah kondisi perekonomian di Indonesia. Bagian lorong ini sangat menarik karena banyak informasi yang bisa kita gali dan juga melihat sejarah dalam bentuk informasi grafis, patung dan juga benda asli seperti layaknya yang ditampilkan sebuah museum, namun semuanya dikemas secara komprehensif dan menarik. Perpaduan sejarah dengan teknologi informasi modern sehingga membuat museum ini tidak berkesan tua dan malah menjadi keren!

Selesai dengan bagian lorong, kami memasuki bagian museum lainnya berupa ruang pamer seperti brankas yang berisi replika emas, pertumbuhan uang dari masa ke masa dan bagian ruangan lainnya dari museum ini. Pengalaman yang sangat menyenangkan ya ternyata berkunjung ke museum. Jauh lebih menarik dibanding museum jaman saya masih kecil dulu. Berikut foto-foto yang bisa saya ambil, tidak banyak karena memang lebih asik melihat langsung sih.

Lobby pertama setelah melewati pemeriksaan karcis

Tangganya klasik banget ya?




Bagian lorong yang menceritakan peristiwa runtuhnya ekonomi tahun '98

Terasa mencekam mengingat kembali kerusuhan tahun '98 dengan audio visual ini
Bagian tengah museum

Lobby loket pembelian karcis
Selesai berkeliling kami istirahat di Cafe Museum Bank Indonesia yang harganya lebih bersahabat dibanding cafe sebelumnya dan cukup nyaman untuk mengistirahatkan tubuh sembari minum minuman dingin yang menyegarkan. Cukup lama kami disini sebelum kami kembali pulang karena baru terasa capeknya ternyata, haha. Saya mengganti baju Kaila dan menawari roti ke Kaila yang lumayan masuk ke perutnya. Sudah 1 bulan sejak sakit di hari ulang tahunnya, Kaila jadi susaaaaaaah banget makannya. Kapan-kapan saya cerita di postingan lain deh ya tentang kegusaran ala ibu-ibu ini.

Cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan kembali ke rumah. Panas, matahari bersinar terik di jam 12 siang hari itu. Kami berjalan, saya mendorong stoller menembus keramaian menuju Stasiun kota. Lagi-lagi direpotkan dengan tidak berfungsinya fasilitas publik, lift menuju underpass pejalan kaki rusak total. Mengangkat stroller menjadi kegiatan yang harus dilakukan pada jalan-jalan kali ini. Turun dan naik dari underpass langsung muncul di samping pintu masuk stasiun kota yang keadaannya sama ramainya dengan pagi tadi. Belum lagi kartu emoney saya yang saldonya habis tidak bisa diisi ulang di atm yang berfungsi dengan baik selain mengisi ulang kartu prabayar, membuat saya harus mengantri beli tiket sekali perjalanan di loket.

Beruntung tidak lama dari situ kami langsung dapat kereta dan tidak terlalu lama menunggu keretanya langsung berangkat. Keadaan kereta penuh tapi tidak sepenuh hari kerja sehingga kami masih merasa nyaman. Kali ini kami turun di stasiun Cikini agar bisa mampir makan dulu di Megaria sambil suami memindahkan mobil ke Megaria agar kami bisa langsung pulang setelah selesai makan.


Peron Stasiun Kota, Bagus ya.




Demikian cerita jalan-jalan kali ini. Terimakasih sudah mampir membaca. Sampai jumpa di cerita selanjutnya ya!

Pak fotografer ;)


2 comments :

  1. ahahaha seruuuu! makasih infonya ya fiii, :* kapan2 aku sm krucils mw maen kemari ah, btw mana kaila bertutunya?

    ReplyDelete

 

Hi! Welcome to My Blog

Hi! Welcome to My Blog
Fianty T Triswara. Family Blogger.

Quotes

"Children have never been very good at listening to their elders but they never failed to imitate them" - James Baldwin

“The hardest job kids face today is learning good manners without seeing any”- Fred Astaire.

“Motherhood is not a battle against other mothers. Motherhood is your journey with your children” –NN

“Every time you eat or drink, you are either feeding disease or fighting it.” – Heather Morgan.

Kind Reminder

Please do not copy paste without my permission. Thank you.