Lagi nyusuin Kaila trus ditanya "Itu ada ga isinya?" *ahhsedihnya
Lagi naro asip di kulkas kantor ada yang nyeletuk "kok dikit banget asinya mbak" *inhaleexhale
"Makanya makan yang banyak, sayur banyak, buah banyak, minum banyak" tambah orang tersebut. *nundukliatgelambirperut
Lagi cerita dengan kolega lalu di potong "ih kan kasian bayinya dikasih sufor" *maklumdehmasihsinglekolegasaya
Hal-hal tersebut secuil dari terpaan komentar lainnya yang saya hadapi selama 5 bulan ini.
Lalu ditambah.
Buka freezer stok ASIP cuma 6 botol (itupun ga full 100ml semua). Hore! Haha
Setiap mompa asip lihat hasilnya lalu alhamdulillah sekaligus bingung. What should i doooo?
Sayur katuk dan kawan-kawan menjadi santapan wajib makan malam sudah. Domperidone 300 butir dari resep dokter pasca cerita asi yang lalu sudah habis saya tenggak. Coba rutin minum green juice/smoothies,juga sudah, efektif sih tapi cuma seminggu aja lumayan menguras kantong. Minum booster asi + madu busui + mama soya = bau badan dan hasil ASIP segitu-segitu saja.
Walaupun saya tidak memberikan ASI eksklusif (ASIX) ke Kaila dan sudah tau memang sehari-hari Kaila minum susu formula untuk mengimbangi defisit harian ASIP yang saya hasilkan, tapi kok rasanya kok tetep deg-degan kayak ibu2 yang masih ASIX ya. Apalagi saya merasa Kaila mulai pintar mengutarakan mana yang dia suka mana yang dia tidak suka. Jika dia tidak terlalu lapar (padahal sudah 2-3 jam dari terakhir dia minum susu) seringkali Kaila menolak jika diberikan susu formula. Dotnya dimain-mainkan dan susunya dilepeh, tidak mau ditelan. Jika dipaksa langsung menangis! Jadi harus diajak main sampai dia merasa capek dan lapar baru dia minum susu formulanya. Beda dengan ASIP yang selalu dia minum dengan lahap.
Senang karena berarti Kaila tambah gede, tumbuh dengan baik, tapi sedih juga melihat stok ASIP yang tipis.
Memang selalu ada hal positifnya seperti dengan stok yang tipis berarti Kaila mendapat ASIP yang lebih segar dibanding stok ASIP yang sudah berbulan-bulan dan (harusnya) memacu semangat saya untuk memompa lebih sering ketika dikantor.
Alhamdulillah masih bisa 3 kali mompa di kantor. Terkadang hanya 2 kali jika diharuskan ikut meeting.Tapi kok gini-gini aja ya. Pompa pagi alhamdulillah dapat 100-120 ml. Pompa selanjutnya 70 ml. Pompa terakhir 70 ml. Jika ditotal masih kurang dari 300 ml. Berkurang dibanding awal-awal bekerja setelah cuti selesai masih 300ml lebih. Padahal itupun masih kurang dibanding apa yang diminum Kaila.
Alhamdulillah masih bisa 3 kali mompa di kantor. Terkadang hanya 2 kali jika diharuskan ikut meeting.Tapi kok gini-gini aja ya. Pompa pagi alhamdulillah dapat 100-120 ml. Pompa selanjutnya 70 ml. Pompa terakhir 70 ml. Jika ditotal masih kurang dari 300 ml. Berkurang dibanding awal-awal bekerja setelah cuti selesai masih 300ml lebih. Padahal itupun masih kurang dibanding apa yang diminum Kaila.
Melihat postingan teman di path berupa foto 3 botol berisikan 250ml ASIP dengan caption yang intinya itu adalah ASIP yang sekarang dia hasilkan dimana anaknya berusia 1 tahun lebih, di awal dia bekerja setelah selesai cuti dia bisa menghasilkan 8-10 botol sehari. Ah, hati ini sedih mengingat 250 ml adalah ASIP yang saya hasilkan sehari-hari untuk Kaila yang baru berumur 5 bulan. Gimana nanti Kaila 1 tahun? masihkah saya sanggup memberi ASI untuk Kaila?
Teori supply-demand ASI, makin sering dipompa dan disusui makin banyak ASI yang dihasilkan. Selalu optimis, selalu percaya bahwa ASI akan selalu ada dimana ada demand. Selalu bahagia, tenang, tidak terlalu memikirkan hasil ASI merupakan kunci ASI yang banyak seperti yang sering disebut-sebut di banyak post. Makan tidak ada pantangan, minum yang banyak, makan yang berkuah, makan sayur hijau dan teori serta saran-saran lainnya. Saya tahu semua itu, saya aplikasikan semuanya. Tapi yah, saya gini-gini aja. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang ga negatif-negatif amat, dan saya bahagia, saya optimis. Tapi mungkin memang seperti lingkaran setan. Asi tidak banyak bikin pikiran jadi negatif bikin ASI tidak banyak bikin pikiran jadi negatif dan seterusnya. haha.
What should i do? Apa usaha saya masih kurang? *sigh
Selalu. Lagi dan lagi. Saya belum bisa move on dari trauma cerita asi saya yang lalu. Perang mulut dengan ibu sebelumnya terus menghantui saya. Walau saya meyakinkan diri bahwa saya sudah sadar saya adalah seorang ibu. Saya punya hak membesarkan anak saya dengan cara yang saya yakini benar. Tapi arahan paksa dari ibu saya selalu menghantui saya. Saya tahu, Ibu saya juga pasti ingin yang terbaik untuk cucunya. Ibu saya yang sudah berpengalaman membesarkan 3 anak. Sementara saya masih nol pengalaman. Tapi bukankah ini adalah sebuah proses yang nantinya menjadi pengalaman saya ? Haruskah saya menuruti semua dan setiap arahan petunjuk dari yang sudah berpengalaman sehingga saya tidak bisa dan tidak punya kuasa untuk mencoba metode lain yang berbeda dengan ibu saya?
Suami saya pernah berkata :
Benar memang. Saya setuju dengan suami saya.
Seandainya ibu saya tahu.
Tapi saya takut untuk membicarakan hal ini dengan ibu saya. Takut perang mulut lagi. Takut durhaka. Takut tidak disupport. Takut tidak diridhai. Langkah yang saya ambil adalah menghindar. Dan curcol di blog
Suami saya pernah berkata :
Kamu ya kamu, bundanya kaila, Mamah ya mamah, Ibu kamu, Mamih ya mamih, Ibu saya. Setiap ibu ya ibu. Semua punya cara masing-masing. Tidak ada yang sama persis.Kira-kira itu intinya. Saya lupa persisnya.
Benar memang. Saya setuju dengan suami saya.
Seandainya ibu saya tahu.
Tapi saya takut untuk membicarakan hal ini dengan ibu saya. Takut perang mulut lagi. Takut durhaka. Takut tidak disupport. Takut tidak diridhai. Langkah yang saya ambil adalah menghindar.
Coba-coba. Ketika ibu saya menginap di rumah. Sambil bercanda dengan Kaila.
Ibu: "Wah sebentar lagi mau makan ini kaila"
Saya: "Iyaa. Kaila nanti coba makan sendiri yaah, makan pisang sendiri pake tangan di emut-emut. Yah?" (Metode BLW)
Ibu: "Ah ngapain yah? Nanti kesedak. Kita pake sendok aja yah nanti makannya disuapin biar cpet gede, cepet gemuk"
Sedang mandiin kaila. Ngaca di kamar mandi.
Saya: "Kaila ga gemuk-gemuk amat yah" *dengan bodohnya
Ibu : "Abis kamu ngasih susu Kaila kalo Kaila udah laper sih. Harusnya nenenin/kasih aja susu terus. Jangan nunggu laper"
Dan ya. Statement pertama di awal post ini juga ucapan ibu saya.
Saya kesal
Tapi tidak bisa apa-apa
Sampai-sampai malas menyambut salah satu milestone yang ditunggu ibu-ibu pada umumnya. MPASI.
Dosakah saya? :(
Okay
Saya tahu 1 yang pasti
Bahwa
Tidak ada waktu lagi untuk terpuruk.
Bangkit!
Semangat!
Be a smart Mom!
Semua untuk Kaila :)
0 comments :
Post a Comment